Sejarah sapi perah di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda pada abad ke-18. Pada saat itu, susu sapi belum begitu dikenal di Indonesia. Para penjajah Belanda yang sudah terbiasa dengan konsumsi susu di negaranya, merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan susunya di Indonesia. Oleh karena itu, mereka mulai mengimpor sapi perah dari Hindia Belanda (sekarang Indonesia) ke Indonesia.
Sapi perah yang diimpor ke Indonesia pada masa itu adalah Friesian Holstein (FH). Bangsa sapi ini dipilih karena terkenal dengan produksi susunya yang tinggi. Pada awalnya, sapi perah hanya dipelihara oleh para penjajah Belanda dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan susu mereka. Namun, seiring berjalannya waktu, sapi perah mulai menyebar ke kalangan masyarakat pribumi.
Pemerintah Belanda juga memberikan hadiah kepada para pegawai pribumi yang dinilai berprestasi. Hadiah yang diberikan biasanya berupa seekor sapi perah yang dapat dipelihara sendiri di rumah. Hal ini juga turut memperluas populasi sapi perah di Indonesia.
Sapi perah kemudian menjadi suatu usaha peternakan rakyat yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Dalam waktu yang relatif singkat, sapi perah mulai berkembang pesat di wilayah Indonesia, khususnya di daerah yang memiliki iklim sejuk dan cocok untuk peternakan sapi.
Sapi perah tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan susu, tetapi juga untuk daging dan kulitnya. Perkembangan sapi perah di Indonesia juga turut berdampak pada peningkatan produksi susu, sehingga Indonesia dapat memenuhi kebutuhan susunya sendiri tanpa harus mengimpor dari negara lain.
Hingga saat ini, sapi perah masih menjadi salah satu komoditas unggulan di sektor peternakan Indonesia. Populasi sapi perah di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga potensi untuk pengembangan peternakan sapi perah di Indonesia masih sangat besar.
Sumber :
Baca Klik Ternak di Google News
Bergabunglah dengan kami di Kanal WhatsApp
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.