Tekan ESC untuk menutup

Mengapa Generasi Z Harus Terlibat dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan?

Jakarta – Klik Ternak. Gen Z, generasi yang melek isu global, perlu sadar bahwa peternakan punya peran sentral dalam ketahanan pangan. Isu ketahanan pangan semakin mendesak, terutama bagi generasi muda. Populasi dunia yang terus bertambah dan perubahan iklim yang memengaruhi produksi pangan menuntut peran aktif sektor peternakan. Sayangnya, kesadaran akan pentingnya peternakan dalam menjamin ketersediaan pangan berkualitas masih minim di kalangan anak muda.

Makan Bergizi Gratis: Peluang Emas Peternakan

Program makan bergizi gratis yang digagas pemerintah menjadi angin segar bagi sektor peternakan Indonesia. Program ini mengacu pada teori early nutrition, yang menekankan pentingnya gizi di awal pertumbuhan untuk menciptakan SDM berkualitas di masa depan. Peternakan menjadi kunci utama penyedia protein hewani berkualitas tinggi seperti susu, daging, dan telur.

Konsumsi protein masyarakat Indonesia yang masih rendah menjadi alasan utama program ini diluncurkan. Tahukah kamu, konsumsi protein kita jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand? Konsumsi protein orang Indonesia hanya sekitar 61,70 gram per hari, dibandingkan dengan Malaysia (159 gram) dan Thailand (141 gram). Jauh, bukan? Inilah urgensi program makan bergizi gratis.

Peternakan: Sumber Protein dan Pendorong Ekonomi

Telur, susu, dan daging yang sering kita konsumsi adalah hasil dari proses panjang di sektor peternakan. Produk-produk ini merupakan sumber gizi vital untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh.

Protein hewani dari daging, susu, dan telur memiliki nutrisi yang lebih lengkap dibandingkan protein nabati. Zat gizi ini krusial untuk pertumbuhan, perkembangan otak, dan daya tahan tubuh. Program Makan Bergizi Gratis adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan asupan gizi masyarakat, terutama anak-anak, dengan menjadikan sektor peternakan sebagai tulang punggung penyedia protein berkualitas tinggi.

Peternakan rakyat yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia berkontribusi besar dalam menyediakan hasil ternak. Peternakan ruminansia (sapi dan kambing) menghasilkan daging yang kaya zat besi dan meningkatkan energi. Daging merah seperti daging sapi juga mengandung Vitamin B12 yang penting untuk pembentukan sel darah dan mencegah anemia. Sementara itu, komoditas unggas (ayam dan bebek) menghasilkan telur yang merupakan sumber protein murah, terjangkau, kaya omega-3 dan zat besi.

Selain sebagai penyedia pangan, sektor peternakan membuka peluang besar bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup melalui usaha ternak skala kecil hingga besar. Jika dikelola dengan baik, peternakan tidak hanya mendukung ketahanan pangan nasional, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi generasi muda, terutama di pedesaan.

Tantangan Sektor Peternakan

Meskipun memiliki peran besar, sektor peternakan menghadapi berbagai tantangan yang menghambat pemenuhan potensi. Mulai dari rendahnya produktivitas peternakan rakyat hingga ketergantungan pada impor, masalah-masalah ini perlu segera diatasi.

1. Rendahnya Produktivitas Peternakan Rakyat

Mayoritas hasil ternak di Indonesia berasal dari peternakan rakyat, yang menyumbang sekitar 80% produksi daging dan susu nasional. Namun, produktivitasnya masih belum optimal karena minimnya populasi ternak, terutama sapi yang merupakan penghasil daging merah dan susu terbesar. Populasi sapi potong di Indonesia hanya sekitar 11,75 juta ekor, dan sapi perah sekitar 486 ribu ekor. Jumlah ini masih belum cukup memenuhi kebutuhan konsumsi protein nasional. Selain itu, rendahnya produksi susu per ekor, yang rata-rata hanya sekitar 10-12 liter per hari (bahkan ada yang di bawah angka tersebut), jauh di bawah negara maju yang bisa mencapai 30 liter per hari. Keterbatasan teknologi juga menjadi kendala, karena banyak peternak masih menggunakan metode tradisional tanpa dukungan teknologi modern, sehingga efisiensi produksi belum optimal.

2. Ketergantungan pada Impor

Karena produksi dalam negeri yang rendah, Indonesia masih sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Pemerintah bahkan menargetkan impor 250 ribu ekor sapi pada tahun 2025 untuk menunjang program makan bergizi gratis dan menekan defisit daging serta susu. Ketergantungan ini menjadi tantangan besar karena fluktuasi harga impor yang bisa berubah-ubah tergantung kondisi pasar global, serta beban ekonomi nasional yang bertambah. Di sisi lain, impor juga bisa mengancam peternak lokal yang kesulitan bersaing dengan produk impor yang lebih murah.

3. Kurangnya Minat Generasi Muda di Sektor Peternakan

Di era digital ini, banyak anak muda lebih tertarik pada sektor teknologi, bisnis startup, atau pekerjaan di kota yang dianggap lebih bergengsi daripada terjun ke dunia peternakan. Padahal, industri peternakan modern memiliki potensi besar bagi Gen Z untuk berinovasi, misalnya melalui smart farming dengan menggunakan IoT dan AI untuk meningkatkan efisiensi peternakan, atau mengembangkan platform e-commerce untuk memasarkan hasil peternakan secara online.

Jika tantangan ini tidak segera diatasi, sektor peternakan Indonesia akan semakin tertinggal dan ketahanan pangan pun terancam. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak, terutama Gen Z, untuk mulai peduli dan ikut berkontribusi dalam membangun industri peternakan yang lebih maju.

Apa yang Bisa Dilakukan Gen Z?

Sebagai generasi yang tumbuh di era digital, Gen Z memiliki potensi besar untuk membawa perubahan di sektor peternakan. Berikut beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan:

  1. Mengenal dan mempelajari lebih dalam sektor peternakan dengan mengikuti seminar, webinar, atau komunitas yang membahas tentang agribisnis dan peternakan.
  2. Memanfaatkan teknologi seperti mengembangkan aplikasi, marketplace, atau media sosial untuk mendukung distribusi produk peternakan lokal.
  3. Mendukung peternakan berkelanjutan dengan memilih produk lokal, mendukung UMKM peternakan, atau bahkan mulai berinvestasi di bidang ini.
  4. Menjadi peternak muda inovatif dengan mengeksplorasi konsep smart farming dan model bisnis peternakan modern.

Dari pembahasan sebelumnya, jelas bahwa sektor peternakan memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional, terutama dalam menyukseskan program Makan Bergizi Gratis. Peternakan bukan hanya penyedia utama sumber protein berkualitas seperti daging, susu, dan telur, tetapi juga membuka peluang ekonomi dan memberdayakan masyarakat, khususnya di pedesaan.

Namun, berbagai tantangan seperti rendahnya produktivitas peternakan rakyat, ketergantungan pada impor, serta kurangnya minat generasi muda terhadap sektor ini perlu segera diatasi. Tanpa dukungan dan inovasi, ketahanan pangan Indonesia bisa terancam, dan kita akan semakin bergantung pada produk impor.

Ketahanan pangan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau peternak saja, tetapi juga seluruh masyarakat, termasuk anak muda. Jika bukan kita yang peduli, siapa lagi? Jika bukan sekarang, kapan lagi? Saatnya Gen Z mengambil peran dan menjadi bagian dari solusi untuk masa depan ketahanan pangan Indonesia! (Rizki)

Sumber Pustaka :

  1. Rp139,4 Triliun untuk Ketahanan Pangan Prioritas 2025 (https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/watampone/id/data-publikasi/berita-terbaru/3777-rp139,4-trilyun-untuk-ketahanan-pangan-prioritas-2025.html), diakses pada Minggu (16/02/2025).
  2. Target Swasembada Pangan 2025: Guru Besar UMS Bahas Tantangan dan Harapan(https://news.ums.ac.id/id/01/2025/target-swasembada-pangan-2025-guru-besar-ums-bahas-tantangan-dan-harapan/), diakses pada Minggu (16/02/2025).
  3. BPS Periode Januari-Maret 2025: Produksi Beras Meningkat Tajam (https://pilarpertanian.com/bps-periode-januari-maret-2025-produksi-beras-meningkat-tajam-5232), diakses pada Minggu (16/02/2025).
  4. Gen Z Harapan Baru Masa Depan Pertanian Indonesia (https://bbpplembang.bppsdmp.pertanian.go.id/publikasi-detail/1728), diakses pada Minggu (16/02/2025).
  5. Peran Generasi Z untuk Mempertahankan Pertanian dan Ketahanan Pangan di Masa Depan dengan Tetap Melestarikan Budaya (https://literasipost.com/peran-generasi-z-untuk-mempertahankan-pertanian-dan-ketahanan-pangan-di-masa-depan-dengan-tetap-melestarikan-budaya/), diakses pada Minggu (16/02/2025).
  6. Upayakan Generasi Emas 2045: Edukasi B2SA Hapus Pola Pikir Makan Asal Kenyang pada Gen Z (https://badanpangan.go.id/blog/post/upayakan-generasi-emas-2045-edukasi-b2sa-hapus-pola-pikir-makan-asal-kenyang-pada-gen-z), diakses pada Minggu (16/02/2025).

Baca Klik Ternak di Google News

Bergabunglah dengan kami di Kanal WhatsApp

Rizki Adi Saputra

Rizki Adi Saputra

Copywriter | Content Creator | Desainer | Videografer | Coder Alumni Peternakan, GEN Z dari Merauke.

id_ID