
Merauke – Klik Ternak. Bagi Anda yang berencana atau sudah berkecimpung dalam dunia peternakan sapi di Papua, penting untuk memahami ciri-ciri sapi yang paling sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Papua memiliki tantangan tersendiri, sehingga pemilihan jenis sapi yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan usaha Anda.
Sapi Bali: Si Gesit yang Tahan Banting
Sapi Bali (Bos javanicus) adalah pilihan yang sangat baik karena kemampuannya beradaptasi dengan baik di Papua. Sapi asli Indonesia ini telah teruji ketangguhannya dalam berbagai kondisi lingkungan. Berikut adalah ciri-ciri fisik dan performa sapi Bali yang perlu Anda perhatikan:
Penampilan Fisik:
- Betina berwarna kuning kemerahan, jantan berwarna coklat kemerahan yang semakin gelap seiring usia.
- Memiliki punuk kecil.
- Bercak putih di bagian pantat dan kaki.
- Warna putih memanjang di bawah perut (Murwanto, 2015).
Berat dan Pertumbuhan:
- Berat Lahir:
- Anak sapi jantan lahir dengan berat sekitar 17 kg.
- Anak sapi betina lahir dengan berat sekitar 14 kg.
- Kematangan Seksual: Mencapai kematangan seksual pada usia 16 bulan.
- Berat Dewasa:
- Sapi jantan dewasa memiliki berat antara 335-363 kg, dengan potensi hingga 475 kg pada kondisi pemeliharaan yang baik.
- Sapi betina dewasa memiliki berat antara 211-242 kg, dengan potensi hingga 250 kg.
- Pertambahan Berat Harian: Antara 200-600 gram.
- Persentase Karkas: Mencapai 56%.
Sapi Bali memiliki kemampuan reproduksi dengan tingkat kesuburan tinggi, bahkan dalam kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Ukurannya yang relatif kompak menjadikannya mudah dikelola oleh peternak skala kecil.
Sapi Hasil Persilangan: Kombinasi Terbaik
Persilangan sapi juga memberikan hasil yang menjanjikan di Papua. Kombinasi antara sapi Bali dengan jenis sapi lain seperti Simmental, Limousin, Ongole, dan Brahman menghasilkan keturunan dengan performa yang lebih baik.
Dari hasil persilangan tersebut, sapi Brahbal (Brahman-Bali) menunjukkan keunggulan yang signifikan. Penelitian Dominanto et al. (2016) di Manokwari, Papua Barat, menunjukkan bahwa sapi Brahbal memiliki:
- Ukuran tubuh yang lebih besar.
- Pertambahan berat badan yang lebih cepat.
- Kemampuan adaptasi yang tetap terjaga.
Studi oleh Anderson (1968) juga menunjukkan bahwa persilangan Brahman-British memiliki laju pertumbuhan yang mengesankan di Papua, dengan keunggulan berat badan dibandingkan sapi Angus murni.
Sapi Brahman: Si Tahan Banting yang Adaptif
Sapi Brahman (Bos indicus) memiliki peran penting dalam peternakan di Papua karena daya tahan dan kemampuan adaptasinya yang luar biasa, terutama terhadap kondisi lingkungan yang menantang. Berikut adalah ciri-ciri sapi Brahman yang membuatnya cocok untuk Papua:
- Penampilan Fisik: Memiliki punuk besar di atas bahu dan leher, ciri khas sapi Bos indicus.
- Ukuran dan Berat: Lebih besar dari sapi Bali, dengan sapi jantan dewasa mencapai berat 726-998 kg dan betina 454-635 kg.
- Adaptasi Iklim: Sangat baik terhadap kondisi panas dan lembab dengan toleransi panas yang tinggi.
- Ketahanan: Resistensi terhadap parasit dan penyakit umum di lingkungan tropis.
- Performa Pertumbuhan: Dalam studi penggemukan, sapi Brahman menunjukkan pertambahan berat harian rata-rata 0,82 kg/hari, dengan jantan mencapai 0,84 kg/hari dan betina 0,64 kg/hari.
Di daerah yang menantang seperti Dataran Sepik (dataran rendah yang luas yang dibentuk oleh Sungai Sepik di Papua Nugini), sapi persilangan Brahman mampu mempertahankan berat badannya dengan lebih baik dibandingkan jenis sapi lainnya. Namun, penelitian Schottler et al. (1977) mencatat bahwa kerbau masih lebih unggul dalam hal kesuburan dan produksi anak di kondisi tersebut.
Sapi Droughtmaster: Pendatang Baru yang Potensial
Sapi Droughtmaster juga menunjukkan potensi yang menjanjikan di Papua:
- Asal-Usul: Dikembangkan di Australia utara sebagai persilangan Brahman-Shorthorn, sangat cocok untuk kondisi tropis.
- Fokus Produksi: Terutama dikembangkan untuk produksi daging.
- Performa Pertumbuhan: Dalam kondisi penggemukan, Droughtmaster dan persilangannya dengan Brahman menunjukkan laju pertumbuhan yang baik ketika diberi pakan berbasis palm kernel meal (PKM), sumber pakan yang semakin tersedia di Papua.
Distribusi Regional dan Sistem Manajemen di Papua
Papua Selatan, khususnya Merauke, telah menjadi pusat produksi sapi yang signifikan:
- Merauke telah ditetapkan sebagai salah satu dari tiga pusat peternakan rakyat (Sentra Peternakan Rakyat) di provinsi Papua.
- Tujuh desa di wilayah Kurik telah ditetapkan sebagai pusat peternakan, dengan persyaratan memelihara 1.000 sapi betina dan 100 sapi jantan.
- Wilayah ini telah menerapkan program “Ternak Bangkit” sebagai inisiatif prioritas untuk mendukung kebutuhan pangan asal hewan.
- Inisiatif pemerintah seperti “Upsus Siwab” (Upaya Khusus Sapi Wajib Bunting) bertujuan meningkatkan populasi sapi melalui manajemen reproduksi.
Program Pengembangan dan Peningkatan Genetik
Beberapa inisiatif sedang berlangsung untuk meningkatkan produktivitas sapi di Papua:
- Program Persilangan: Persilangan strategis antara sapi asli seperti Bali dengan Brahman atau Droughtmaster untuk menggabungkan adaptabilitas dengan peningkatan performa pertumbuhan.
- Inseminasi Buatan: Implementasi program inseminasi buatan di wilayah seperti Merauke, meskipun terdapat tantangan terkait pengetahuan peternak dan manajemen sapi yang diinseminasi.
- Program Pembibitan Partisipatif: Penelitian di daerah lain di Indonesia menunjukkan bahwa program pembibitan partisipatif menghasilkan sapi dengan ukuran morfometrik yang lebih unggul dibandingkan pendekatan non-partisipatif, yang menunjukkan potensi aplikasi di Papua.
Kesimpulan
Ciri-ciri ternak sapi terbaik di Papua adalah kombinasi antara keunggulan genetik dari jenis asli dan persilangan, kemampuan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan setempat, serta dukungan dari praktik peternakan dan kebijakan yang berkelanjutan.
Sapi Bali sangat cocok untuk sistem peternakan rakyat di berbagai wilayah Papua karena adaptasi dan kesuburannya. Sapi Brahman, Droughtmaster, dan persilangannya menawarkan tingkat pertumbuhan dan produksi daging yang lebih baik untuk sistem yang lebih intensif, terutama di daerah dengan infrastruktur dan sumber pakan yang lebih baik.
Untuk pengembangan peternakan berkelanjutan di Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan, program pembibitan sebaiknya berfokus pada mempertahankan sifat adaptif dari sapi asli seperti Bali atau persilangan strategis untuk menggabungkan adaptasi tropis dengan produktivitas yang ditingkatkan.
Jika Anda tertarik memulai usaha peternakan sapi di Papua, pertimbangkan jenis-jenis sapi yang telah dibahas dan terapkan praktik peternakan yang sesuai dengan kondisi lokal serta ramah lingkungan.
Referensi
- Anderson, J. (1968). Growth of cattle in Papua and New Guinea. 1. Brahman-British crossbreds. Australian Journal of Experimental Agriculture, 8(31), 121–124. https://doi.org/10.1071/EA9680121, Diakses pada tanggal (16/05/2025)
- Dominanto, G. P., Nasich, M., & Wahyuningsih, S. (2016). Evaluating Performance of Crossbreed Calves in Manokwari, West Papua, Indonesia. 6(1), 1–7. http://www.sapub.org/global/showpaperpdf.aspx?doi=10.5923/j.zoology.20160601.01, Diakses pada tanggal (16/05/2025)
- Iyai, D. A., Saragih, D. T. R., & Rumbiak, F. P. (2016). Effect of Traditional Cattle Farming Systems on Farmer Knowledge, Cattle Performances and Agribusiness Potential in West New Guinea-Papua Barat Province, Indonesia. Animal and Veterinary Sciences, 4(1), 5. https://doi.org/10.11648/J.AVS.20160401.12, Diakses pada tanggal (16/05/2025)
- Muchlis, D. (2018). Sustainable Livestock Development In The Border Of Merauke Region Based On Environment. 73, 03010. https://doi.org/10.1051/E3SCONF/20187303010, Diakses pada tanggal (16/05/2025)
- Murwanto, A. G. (2015). Pengembangan Model Sederhana Pembibitan Sapi Bali di Papua. 3(1). https://doi.org/10.30862/JTAVS.V3I1.352, Diakses pada tanggal (16/05/2025)
- Saragih, E. W., & Santoso, B. (2022). Karakteristik Peternak Sapi di Sentra Produksi Ternak Potong Di Kabupaten Sorong. Jurnal Ilmu Peternakan Dan Veteriner Tropis, 11(3), 245. https://doi.org/10.46549/jipvet.v11i3.257, Diakses pada tanggal (16/05/2025)
- Schottler, J., Boromana, A., & Williams, W. (1977). Comparative performance of cattle and buffalo on the Sepik Plains, Papua New Guinea. Australian Journal of Experimental Agriculture, 17(87), 550–554. https://doi.org/10.1071/EA9770550, Diakses pada tanggal (16/05/2025)
- Soltief, M. S. (2009). Kajian Kawasan Sapi Potong di Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/4976, Diakses pada tanggal (16/05/2025)
Baca Klik Ternak di Google News
Bergabunglah dengan kami di Kanal WhatsApp
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.