Bogor – Klik Ternak. Siapa sih yang tidak mengenal ayam? Ternak unggas satu ini sangat mudah dijumpai dan bahkan menjadi salah satu sumber protein hewani yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
Ayam peliharaan yang kita jumpai sehari-hari, khususnya jenis Gallus gallus domesticus, memiliki sejarah domestikasi yang panjang dan penuh lika-liku.
Penelitian dalam bidang biologi evolusi menunjukkan bahwa asal-usul ayam peliharaan modern tidak berasal dari satu titik tunggal, melainkan melibatkan multi-subspesies dan pusat domestikasi yang beragam. Studi terkini mengusulkan bahwa setidaknya terdapat tiga subspesies Gallus gallus yang berkontribusi terhadap terbentuknya berbagai ras ayam peliharaan.
Diduga, pusat domestikasi unggas ini berada di kawasan Asia Tenggara dan anak benua India (Lorenzo et al., 2015). Ayam hutan merah (Gallus gallus) secara luas diakui sebagai nenek moyang utama ayam peliharaan (Yw et al., 2012).
Penelitian terbaru yang menganalisis keragaman genetik dan struktur genetik populasi pada ayam kampung asli Kamboja turut memberikan informasi berharga mengenai hubungan kekerabatan antara ayam hutan merah dan ayam peliharaan. Hal ini pada akhirnya meningkatkan pemahaman kita terhadap sejarah evolusi dan keragaman genetik ayam peliharaan (Ren et al., 2022).
Kajian genom telah menjadi terobosan penting dalam menguak misteri domestikasi ayam. Ayam peliharaan Gallus gallus domesticus sendiri merupakan jenis unggas ternak yang paling umum dijumpai.
Pengurutan genom ayam peliharaan memegang peranan penting dalam memahami aspek demografi dan fungsi dari populasi kecil yang dikelola manusia (Bortoluzzi, n.d.). Sebagai analogi, genom dapat diibaratkan sebagai buku petunjuk yang memuat informasi genetik lengkap dari suatu organisme.
Analisis genom ayam peliharaan modern dibandingkan dengan ayam hutan merah, leluhurnya, membantu para peneliti mengidentifikasi variasi genetik yang muncul akibat seleksi selama proses domestikasi.
Bukti genetik lain yang turut berkontribusi adalah DNA mitokondria. DNA mitokondria merupakan materi genetik yang hanya diturunkan dari induk betina. Analisa DNA mitokondria pada ayam Tibet, ras endemik dari wilayah Cina, misalnya, membantu para ilmuwan untuk menguatkan asal-usul ras tersebut (Zhang et al., 2017). Dengan memadukan berbagai teknik analisis genetik, para peneliti dapat membuat rekonstruksi yang lebih akurat mengenai perjalanan evolusi ayam peliharaan.
Selama lebih dari 8.000 tahun, ayam peliharaan telah berevolusi melalui seleksi alamiah dan buatan. Seleksi alamiah berfokus pada kelangsungan hidup. Ayam hutan merah, misalnya, memiliki sifat bawaan seperti kewaspadaan yang tinggi dan kemampuan mencari makan yang baik untuk bertahan hidup di alam liar. Namun, ketika manusia mulai memelihara ayam, fokus seleksi bergeser ke arah yang dikehendaki manusia, atau dikenal dengan seleksi buatan.
Para peternak tradisional dan modern menerapkan seleksi buatan untuk menghasilkan ayam dengan karakteristik yang diinginkan. Misalnya, ayam pedaging (broiler) dipilih berdasarkan pertumbuhan yang cepat, rasio daging terhadap tulang yang tinggi, dan efisiensi pakan yang baik.
Sementara itu, ayam petelur dipilih berdasarkan kemampuan menghasilkan telur dalam jumlah banyak, kualitas kerabang telur yang kuat, dan efisiensi pakan yang baik. Studi pada ayam Leghorn Putih yang telah didomestikasi, dibandingkan dengan ayam hutan merah, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam perilaku dan ekspresi gen, sehingga semakin memperkuat pengaruh seleksi buatan (Nätt et al., 2014).
Proses domestikasi yang panjang tersebut telah melahirkan keragaman ayam peliharaan yang kita jumpai saat ini. Beberapa contohnya adalah:
* Broiler: Ayam pedaging yang dibudidayakan secara khusus untuk menghasilkan daging dalam waktu singkat. Broiler memiliki nenek moyang berupa ayam hutan merah. Melalui seleksi buatan, para peternak fokus pada ayam yang memiliki warna seragam, pertumbuhan cepat, rasio daging terhadap tulang yang tinggi, dan efisiensi pakan yang baik.
* Ayam Petelur: Ayam yang dibudidayakan untuk menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak. Sama seperti broiler, ayam petelur juga memiliki nenek moyang berupa ayam hutan merah. Seleksi pada ayam petelur terfokus pada kemampuan menghasilkan telur dengan frekuensi produktivitas tinggi, kualitas kerabang telur yang kuat, dan efisiensi pakan yang baik (FCR).
* Ayam Kampung: Ayam lokal yang dipelihara secara tradisional, biasanya dapat dijumpai di Pedesaan. Ayam kampung memiliki kekerabatan yang lebih dekat dengan ayam hutan merah dibandingkan dengan broiler dan ayam petelur. Umumnya, ayam kampung memiliki pertumbuhan yang lebih lambat, produksi telur yang lebih sedikit, namun memiliki daya tahan terhadap penyakit yang lebih baik dibandingkan ayam modern.
Domestikasi ayam merupakan proses kompleks yang melibatkan beragam faktor, seperti keragaman genetik, tekanan seleksi, dan hubungan kekerabatan yang rumit.
Domestikasi Ayam
Penelitian tentang DNA mitokondria, variasi genom, dan genetika populasi telah memberikan wawasan berharga mengenai sejarah evolusi dan komposisi genetik ayam peliharaan.
Pemahaman yang lebih baik tentang sejarah dan biologi ayam peliharaan memiliki manfaat yang luas. Hal ini dapat membantu para peternak dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas ayam, serta mengembangkan ras-ras baru yang lebih adaptif terhadap berbagai kondisi lingkungan.
Di sisi lain, pengetahuan ini juga dapat membantu masyarakat dalam memahami asal-usul dan keragaman ayam peliharaan, serta meningkatkan apresiasi terhadap peran penting unggas ini dalam kehidupan manusia. (Rizki)
Referensi:
- Bortoluzzi, C. Using whole-genome sequencing data for demographic and functional evaluations of small managed populations.. https://doi.org/10.18174/528193
- Lawal, R., Martin, S., Vanmechelen, K., Vereijken, A., Silva, P., Al-Atiyat, R., … & Hanotte, O. (2020). The wild species genome ancestry of domestic chickens. BMC Biology, 18(1). https://doi.org/10.1186/s12915-020-0738-1
- Lorenzo, P., Ceccobelli, S., Panella, F., Attard, G., & Lasagna, E. (2015). The role of mitochondrial dna to determine the origin of domestic chicken. World S Poultry Science Journal, 71(2), 311-318. https://doi.org/10.1017/s0043933915000318
- Nätt, D., Agnvall, B., & Jensen, P. (2014). Large sex differences in chicken behavior and brain gene expression coincide with few differences in promoter dna-methylation. Plos One, 9(4), e96376. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0096376
- Ren, T., Nunome, M., Suzuki, T., & Matsuda, Y. (2022). Genetic diversity and population genetic structure of cambodian indigenous chickens. Animal Bioscience, 35(6), 826-837. https://doi.org/10.5713/ab.21.0351
- Weng, Z., Xu, Y., Li, W., Chen, J., Zhong, M., Fang, Z., … & Huang, X. (2020). Genomic variations and signatures of selection in wuhua yellow chicken.. https://doi.org/10.20944/preprints202006.0089.v1
- Yw, M., Ms, P., Gs, W., Yn, O., Zy, Y., Yu, N., … & Yp, Z. (2012). Chicken domestication: an updated perspective based on mitochondrial genomes. Heredity, 110(3), 277-282. https://doi.org/10.1038/hdy.2012.83
- Zhang, L., Zhang, P., Li, Q., Gaur, U., Liu, Y., Zhu, Q., … & Li, D. (2017). Genetic evidence from mitochondrial dna corroborates the origin of tibetan chickens. Plos One, 12(2), e0172945. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0172945
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.